Jumat, 21 Januari 2011

Yesus selalu berbelas kasihan. Sampai sekarang! Terutama terhadap mereka yang tidak dipedulikan masyarakat atau malah dikucilkan. Jumlah orang yang berpenyakit kusta gawat di masa kini tidak terlalu banyak. Tetapi, yang menganggap dirinya bernasib serupa dengan orang sakit kusta atau yang dicap sebagai orang yang seharusnya dihindari, banyak sekali. Beberapa hari yang lalu, di salah satu koran Indonesia terkemuka diungkapkan hasil sebuah angket yang mengejutkan. Lebih 50 persen penduduk Indonesia tidak mau bertetangga dengan orang yang beragama lain, bahkan tidak mau anak mereka diajarkan oleh guru yang tidak seagama dengan anaknya. Biarpun yang diajarkan itu adalah matematika.

Tetapi, mari kita menelusuri kisah dari Injil Markus (1:40-45). Seorang sakit kusta berlutut di hadapan Yesus, sambil berkata, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku." Doa yang sangat indah! Apakah Yesus dapat menyembuhkan? Orang itu sama sekali tidak ragu-ragu. Ia hanya tidak tahu, apakah Yesus mau menyembuhkannya. Maka, tanpa bimbang sedikit pun ia menyerahkan dirinya kepada Yesus. Ia mengandalkan-Nya. Sabda Yesus kepadanya, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Sebelum mengucapkan sabda itu, Yesus mengulurkan tangan-Nya dan menyentuh orang itu. Artinya, Ia otomatis jadi najis. Namun, Ia tidak memedulikannya. Sebab bagi-Nya manusia di atas segala-galanya. Manusia, siapa saja itu, selalu harus diselamatkan, bahkan dicintai. Musuh tidak ada. Kalau ada, maka musuh itu harud diperlakukan sebagi ciptaan Allah.

"Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu dan ia sembuh", tegas penulis kisah ini. Jika orang menyerahkan dirinya kepada Yesus tanpa syarat, maka Ia bisa berkarya dengan sebebas-bebasnya dan tuntas. Namun, karena sangat bersukacita, orang yang tadinya malang, "memberitakan peristiwa itu serta menyebarkannya ke mana-mana". Padahal, ia disuruh pergi menghadap imam! Ia tidak taat kepada Yesus. Akibatnya? Yesus sendiri kena semacam "pengucilan". Sebab Ia "tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota." Pertama-tama, karena Ia najis selama sekian hari. Kedua, karena Ia justru tidak mau dikejar sebagai penyembuh semata. "Ia tinggal di luar, di tempat yang terpencil". Syukurlah, banyak orang yang tidak terlalu fanatik dalam soal peraturan agama, tetap mencari dan mengunjungi-Nya.

Dalam masyarakat mana pun juga - biarlah hal ini ditegaskan sekali lagi - ada banyak orang yang "dikucilkan" atau yang tidak diakui haknya sebagai manusia. Karena hidup dalam tekanan batin dahsyat dan macam-macam jenis diskriminasi, banyak orang akhirnya mengalah, lalu hidup dalam keputusasaan. Ada yang malah bunuh diri karena tidak melihat jalan keluarnya. Apa yang dapat dilakukan oleh pengikut Yesus? Berbelas kasihan seperti Yesus. Artinya, memperlakukan setiap orang sebagai calon surga dan saudara sendiri. Belas kasihan itu paling mudah ditumbuhkan melalui doa untuk semua orang "terkucil".

* * * * *

Bunda Maria, ke dalam tanganmu kupercayakan semua orang yang bernasib buruk di bumi ini. Jumlah mereka hampir tak terhitung. Tunjukkanlah belas kasihmu kepada mereka dengan cara yang terbaik, sebab engkau paling tahu dahsyatnya penderitaan. Anakmu sendiri telah dipaku pada salib, padahal Ia tak pernah berbuat jahat! Bukankah Yesus dimatikan sebagai orang yang harus disingkirkan? Ave Maria! Doakanlah kami!


from Bunda Penolong Abadi page on facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar