Jumat, 21 Januari 2011

Kisah pengangkatan kedua belas rasul Yesus, singkat sekali namun sangat menarik. Mari kita cermati teksnya... "Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang yang juga disebut-Nya rasul-rasul, untuk menyertai Dia, dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil, dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan." (Mrk 3:13-19).

Inilah "perahu" kecil Gereja berisi dua belas rasul pertama. Di dalam perahu itu ada Yesus. Bersama Yesus, kedua belas orang itu menjadi sebuah keluarga baru. Mereka sungguh mendengarkan Yesus dan ingin menyelami misteri Kerajaan Allah.

Untuk apa mereka ditetapkan? Pertama-tama untuk menyertai Yesus. Hanya dengan menyertai Yesus, manusia menjadi dirinya sendiri yang sesungguhnya. Dalam diri Yesus manusia mewujudkan kebutuhannya untuk berelasi dengan Tuhan. Semakin ia menyertai Yesus, semakin ia menjadi manusia sesuai dengan kehendak Allah, dan dengan sendirinya mencapai kedewasaan penuh. Sebab sambil berelasi dengan Yesus, manusia berelasi langsung dengan Allah sendiri. Dan, sambil berelasi dengan Yesus yang telah menjadi saudara bagi siapa saja, manusia membentuk keluarga yang anggota-anggotanya saling mengasihi dengan tulus. Gereja memang didirikan oleh Yesus dengan satu tujuan ini: untuk selalu menyertai Yesus, dan baru kemudian memberitakan Injil. Pusat Gereja ialah Yesus, sedangkan kelompok rasul-Nya membentuk lingkaran yang lama kelamaan menjadi semakin besar sampai mencapai ujung bumi.

Ungkapan "menyertai Yesus" dapat diartikan dengan cara lain juga. Mungkinkah manusia menyertai Yesus tanpa berdialog dengan-Nya? Para rasul yang secara langsung diangkat oleh Yesus, dapat berelasi dengan Yesus tanpa masalah. Tetapi, murid Yesus masa kini bisa mewujudkan relasi itu melalui doa saja. Jadi, "menyertai Yesus" di masa kini berarti terus menerus "siap dipakai" oleh Yesus. Padahal, kesiapsediaan untuk dipakai oleh Yesus hanya tercipta pada saat manusia berdoa. Berdoa secara benar ialah siap melakukan kehendak Yesus.

Jika seseorang ingin tahu sejauh manakah ia menyertai Yesus, siap dipakai sebagai pemberita Injil (bukan pemberita ideologi sendiri!), serta melawan kejahatan (=mengusir setan), hendaknya ia memikirkan kesungguhan doanya dalam hidup ini. Doa itu seharusnya teresapi oleh apa yang pernah diajarkan dan dialami Yesus sendiri. Dari kandang di Betlehem sampai kayu salib di Kalvari.

Jika ada orang yang menyamakan dirinya "hamba Tuhan", atau "pewarta mimbar", atau "pelayan di ladang Tuhan", namun doanya sama sekali tidak menyatu dengan sabda, perbuatan dan kehidupan Yesus, maka apa yang dapat diharapkan dari pelayanannya? Orang yang sungguh "menyertai Yesus" mudah "tercium". Ia seorang pendoa dan perenung kehidupan Yesus. Ia tidak pernah mengharapkan pujian manusia. Ia hanya ingin dekat pada Yesus, pusat hidupnya.

* * * * *

Bunda tersuci, santa Maria, adakah rasul yang melebihi engkau? "Aku ini hamba Tuhan - katamu - terjadilah menurut perkataanmu!" Inilah engkau, bunda Allah dan bundaku! Karena itulah aku datang kepadamu sambil memohon: ajarlah aku menjadi rasul sampai ke kedalaman hati, bukan di mulut atau secara lahiriah saja. Ave Maria!


from Bunda Penolong Abadi page on facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar