Kamis, 30 Juni 2011
Selasa, 28 Juni 2011
Senin, 27 Juni 2011
Minggu, 26 Juni 2011
Sabtu, 25 Juni 2011
Ma Hla Mee bertekad untuk hidup disana. Ia mulai menolong para penderita lain dengan gembira dan itu dibuatnya bertahun-tahun. Ketika ia berusia 80 tahun matanya menjadi buta karena dirongrong penyakitnya. Namun kegembiraannya tidak pernah surut. Ia tidak cantik seperti dulu, tapi hatinya senantiasa berbunga oleh kebahagiaan. Ia tidak memikirkan dirinya dan penyakitnya. Kematian baginya bukan soal lagi. Ia sudah mengatasi penderitaan dan kematian. Imannya akan Kristus telah mengalahkan penderitaan dan kematian.
Will Pope Benedict XVI visit Asia in 2012?
Jumat, 24 Juni 2011
Yohanes Pembaptis: Antara Kesabaran & Warta Pertobatan
Ketika Tomas Alva Edison menemukan bola lampu listrik yang sangat mempengaruhi perkembangan dunia, guru sekolahnya di masa kecil merasa heran dan menyesal. Sebab, dulu justru dialah yang mengeluarkan Edison dari sekolah karena menganggap anak ini bodoh, nakal dan sulit berkosentrasi. Sesudah dikeluarkan dari sekolah, hari-hari Edison ditemani oleh sang ibu yang dengan sabar mendampinginya; hasilnya, anak yang dianggap bermasalah itu ternyata menyimpan keingintahuan yang begitu tinggi dan memiliki otak yang jenius. Kesabaran ibunya telah memberi peluang pada Edison untuk bertumbuh dan berkembang secara luar biasa. (Baca kisahnya dalam “Ny. Edison, di mana pun anda berada, terima kasih!”)
Iman mengajarkan bahwa Allah jauh lebih sabar terhadap kita manusia. Tuhan memberi kesempatan demi kesempatan kepada manusia untuk bertumbuh dan berkembang, sepanjang manusia menyerahkan diri kepada-Nya. Gagasan ini sejalan dengan seruan Yohanes Pembaptis yang kita dengar di Masa Adven ini.
Alkitab menyebut Yohanes Pembaptis sebagai “saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu.” Orientasi / perhatian saksi adalah apa yang ia bawakan / wartakan. Ketika saksi mulai berbicara tentang dirinya / kepentingannya, maka perannya sebagai saksi kabur / hilang. Yohanes sendiri memperkenalkan diri sebagai “suara yang berseru di padang gurun”. Hakekat dari suara adalah menggema, mengumandang, menyapa serta menyentuh siapa saja; yang tergerak akan menanggapi, yang tidak tergerak akan masa bodoh. Yohanes menyadari sungguh bahwa dia hanyalah utusan. Kesadaran akan identitas inilah yang membuat Yohanes sabar dalam pewartaan dan tegas dalam prinsip pelayanannya.Siapa Yohanes Pembaptis?
Inti dari pewartaan Yohanes adalah seruan pertobatan, yakni membersihkan hati (mengakui dosa) dan menata sikap hidup (meluruskan jalan). Dalam diri Nabi Yesaya, warta pertobatan mengandung unsur “pengharapan” (nubuat), sedangkan dalam diri Yohanes Pembaptis, warta pertobatan sudah tidak lagi menampilkan unsur nubuat, tetapi Yohanes justru memperlihatkan kepada kita siapa itu Mesias; kemudian ia mengarahkan bagaimana kita harus bersikap dalam menyambut kehadiran Sang Mesias. Perubahan sikap hidup adalah salah satu tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar jika orang ingin selamat. Maka di Masa Adven ini dua sisi persiapan perlu mendapat tempat yang seimbang, yakni persiapan lahiriah dan persiapan batiniah seseorang.Apa yang dikatakan Yohanes Pembaptis?
Kita perlu menyadari bahwa ajakan pertobatan ini dialamatkan kepada semua orang. Benar bahwa Allah kita adalah Allah yang sabar dan berbelas-kasih. Kesadaran ini bukan membuat orang berkompromi dengan jalan hidupnya yang salah, tetapi Apa pesan bagi kita?
justru menjadi cambuk untuk memberanikan orang meresapi hidupnya secara lebih mendalam.
St. Paulus berpesan, agar menjadi orang Kristen sejati kita perlu memiliki tiga syarat ini:
Semoga antara harapan dan warta pertobatan Yohanes, setiap kita menemukan jalan untuk berbalik kepada TERANG yang menghantar langkah sampai pada damai sejahtera
Quotes
-terjemahan bebas-
"Jika ada yang tidak setuju bahwa Santa Maria adalah Bunda Allah, berarti dia menyangkal Trinitas." ~ St. Gregorius Nazianzus
Dosa
Salah satu penyembuhannya adalah dengan menerima sakramen pengakuan dosa.
Setelah dibaptis, dosa asal dan seluruh dosa yang kita lakukan sebelum kita dibaptis dihapuskan. Namun sebagai manusia, kita dapat jatuh lagi ke dalam dosa setelah pembaptisan, bahkan kita dapat jatuh ke dalam dosa yang berat.
Dosa berat yang kita lakukan setelah Pembaptisan hanya dapat diampuni dengan menerima Sakramen Tobat (KGK, 1423) atau Sakramen Pengakuan Dosa (KGK, 1424), atau Sakramen Pengampunan Dosa (KGK, 1424).
Di dalam Sakramen inilah, kita juga bertemu dengan Dokter dari segala dokter, yaitu Yesus sendiri yang hadir di dalam diri imam/pastor. Untuk bertemu dengan Yesus di dalam Sakramen Pengampunan, diperlukan kerendahan hati dan penyesalan, sehingga Yesus sendiri akan memulihkan dan menyembuhkan hati kita.
No human beings more dangerous than those who have suffered for a belief; the great persecutors are recruited from the martyrs not quiet beheaded. Far from diminishing the appetite for power, suffering exasperates it." by Albert Camus
***Duc in Altum***
Senin, 20 Juni 2011
Santo Aloysius Gonzaga, Biarawan dan Pengaku Iman
Aloysius Gonzaga, yang biasanya dipanggil Luigi, lahir di Castiglione delle Stiviert, Italia Utara pada tanggal 9 Maret 1568. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang berkuasa dan kaya raya. Ketika berumur 9 tahun, putera tertua dari Marchese Ferrante ini mengikuti pendidikan di istana keluarga Fransesco de Medici di Florence.
Selama berada di istana de Medici, ia mulai menyadari panggilan ilahi dalam dirinya. Ia tahu apa yang nanti akan terjadi atas dirinya. Hidup asusila yang mewarnai cara hidup orang-orang istana sangat memuakkan hatinya. Ia merasa terancam oleh cara hidup istana itu. Untuk melindungi dirinya dari bahaya-bahaya itu, ia terus berdoa memohon perlindungan dari Tuhan. Dalam situasi ini ia dengan berani mengikrarkan kaul kemurnian hidup dan berjanji akan menjaga kesucian dirinya. Kaul ini diikrarkannya selagi berusia 10 tahun (1578). Di kemudian hari, ia sendiri mengatakan bahwa ia telah memutuskan menjalani kehidupan religius pada umur 7 tahun. Pada tahun 1580, ia menerima Komuni Kudus pertama dari Uskup Agung Milan, Karolus Borromeus.
Kemudian pada tahun 1581, ia bersama Maria dari Austria pergi ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, putera raja Philip II di Madrid. Disinilah ia memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Untuk itu ia segera kembali ke Italia pada tahun 1584 untuk menyampaikan niatnya kepada orang-tuanya. Ayahnya menolak dengan tegas keinginan anaknya. Aloysius diharuskan tetap mempertahankan gelar kebangsawanan dan harta benda warisannya. Segera ia mengalihkan semua haknya dan harta warisannya kepada saudaranya yang lebih muda. Ayahnya tidak berdaya menghadapi anaknya ini. Akhirnya Aloysius masuk novisiat Serikat Yesus di biara Santo Andreas di Roma. Ia diterima oleh Pater General Serikat Yesus, Claudius Acquaviva. Setelah menyelesaikan tahun novisiatnya, ia diperkenankan mengucapkan kaul pertama.
Prestasinya yang tinggi dalam pelajaran ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya memperkenankan dia memulai studi Teologi di Kolose Roma. Ia ternyata sangat mampu mengikuti kuliah Teologi. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya.
Pada usia 23 tahun, ketika terlibat aktif dalam perawatan orang-orang sakit korban wabah pes di Roma, ia sendiri terserang penyakit berbahaya itu. Akhirnya ia meninggal setelah tiga bulan menderita, pada tanggal 21 Juni 1591, hari terakhir Oktaf Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Ia dikuburkan di Annunziata dekat Kolose Roma. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Gereja Santo Ignatius.
Minggu, 19 Juni 2011
Saringan Tiga Kali
Di jaman Yunani kuno, Socrates adalah seorang terpelajar dan intelektual yang terkenal reputasinya karena pengetahuan dan kebijaksanannya yang tinggi.
Suatu hari seorang pria berjumpa dengan Socrates dan berkata, "Tahukah anda apa yang baru saja saya dengar mengenai salah seorang teman anda?"
"Tunggu sebentar," jawab Socrates. "Sebelum memberitahukan saya sesuatu, saya ingin anda melewati sebuah ujian kecil.
Ujian tersebut dinamakan Ujian Saringan Tiga Kali."
"Saringan tiga kali?" tanya pria tersebut. "Betul," lanjut Socrates.
"Sebelum anda mengatakan kepada saya mengenai teman saya, mungkin merupakan ide yang bagus untuk menyediakan waktu sejenak dan menyaring apa yang akan anda katakan. Itulah kenapa saya sebut sebagai Ujian Saringan Tiga Kali.
Saringan yang pertama adalah KEBENARAN.
Sudah pastikah anda bahwa apa yang anda akan katakan kepada saya adalah benar?"
"Tidak," kata pria tersebut,"sesungguhnya saya baru saja mendengarnya dan ingin memberitahukannya kepada anda". "Baiklah,"
kata Socrates. " Jadi anda sungguh tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak."
Sekarang mari kita coba saringan kedua yaitu :KEBAIKAN
Apakah yang akan anda katakan kepada saya mengenai teman saya adalah sesuatu yang baik?"
"Tidak, sebaliknya, mengenai hal yang buruk". "Jadi," lanjut Socrates, "anda ingin mengatakan kepada saya sesuatu yang buruk mengenai dia, tetapi anda tidak yakin kalau itu benar.
Anda mungkin masih bisa lulus ujian selanjutnya,yaitu: KEGUNAAN
Apakah apa yang anda ingin beritahukan kepada saya tentang teman saya tersebut akan berguna buat saya?" "Tidak, sungguh tidak," jawab pria tersebut. "Kalau begitu," simpul Socrates," jika apa yang anda ingin beritahukan kepada saya...belum tentu benar, tidak juga baik, bahkan tidak berguna untuk saya, kenapa ingin menceritakan kepada saya ?"
Sebuah panah yang telah melesat dari busurnya dan membunuh jiwa yang tak bersalah, dan kata- kata yang telah diucapkan yang menyakiti hati seseorang, keduanya tidak pernah bisa ditarik kembali.
Jadi sebelum berbicara, gunakanlah Saringan Tiga Kali